Sunday, January 21, 2024

Layer of self

I don't much time to contemplate, not that I don't have it really.
I let myself to be occupied by many other things in my head.
I really want to know who I am, what do I need, what do I feel. 
I am here trying to escape my from my headache and routines and roles that provide me the shelter, the roof, the food, the luxuries of my life. It does not compensate.
What is this emotion? 

Wednesday, February 1, 2023

Thanks..I guess

17yrs later, I found the love acclamation that you sent.

The time that I spent confused with your cowardice.
I thought that you were that obnoxious man, so afraid to do any move.
But you were.
The amount of hatred I throw at you.
The dismissal that I gave you.
But I guess you deserve it.
I guess its a good thing that I just found out the word today.
I was in love with you. But it stopped 16yrs a go, by the way.

I wish you happy and able to move on as I did.
I stopped questioning about the what if the minute you did the cowardice move with your now wife. 

Now I am smiling knowing that I once was in your heart. And I happy that I did not know all along.

Have a good life, ji.



Thursday, March 24, 2022

thank you, lushka

Baca blog sendiri, masih terkejut dengan besarnya kemarahan yang gue punya di 35th pertama hidup gue. 
Dan saat ini gue udah ga punya kemarahan itu, masih ingat semua emosinya, tapi ga ngerasain lagi. 
Lushka, thank you for you changing, mau berubah, mau menerima dan melawan ego. 
Thank God, I am not a parent, gue masih ngaco banget sampai usia mid 30's , I guess I will become a shitty one.
 
Punya duit mungkin juga membantu ya, karena hilang satu masalah kalau lo punya uang, lo ga khawatir bayar utang ataupun beban. 
Makasih Tuhan, bebe dan orang-orang baik. 

Friday, February 11, 2022

11 Feb 2022

Banyak hal yang terjadi setiap harinya, gue sampai ga tau sih mau nulisnya gimana
Hidup mau dibilang so-so ya emang so-so.
Dibilang ga ada duit, tapi ada kok
Ga ada kerjaan, ada, tapi belum menghasilkan
Nyari kerjaan tetap, dilakukan, tapi kok ada rasa gimana gitu. 
Apa gue over proud.
I am over 40 now,  2 bulan yang lalu tepatnya.
I feel okay being 40
Tapi suka kadang ga relate sama orang2 umur 40, 
Orang-orang umur 40 ngapain sih?
hahahhaha
Gue banyak belajar hal baru, tapi juga cepet lupanya
Oh iya, mata gue udah plus, desember lalu  beli kacamata progresif hihi
Akhir tahun kemarin gue nyetir lintas provinsi pertama kali, lewat rute extreme 3 kali, yang tiap saat detak jantung rasanya nempel di telinga.
Kemarin nonton youtube rute  Jogja-Purworejo aja gue nervous sendiri, inget malam-malam bawa keluarga lewatin tebing-tebing. 
Cces dan keluarga gue bilang, muka gue nyetirnya sih nyantai, padahal gue nervous dan pasrah sih, ga mikir macam-macam, pokoknya cepet sampai tujuan dengan selamat aja udah. 
Tahun ini gue ama Ces 10 tahun barengan, she's my bestfriend, mungkin kami ga menggebu-gebu lagi macam awal-awal pacaran dengan segala dramanya, gue bisa ketawa tanpa alasan jelas kalau udah berdua, dia beli mobil supaya gue nyetir lagi dan dia percaya gue untuk nyetir sendirian ke Semarang tengah malam, atau nyetir 13 jam di tengah badai berdua balik ke Jakarta. She's a true supporter. My rock. 
Kalau ada hal yang gue syukuri tiap hari, satu Tuhan, ke-dua Ces, ke-tiga sahabat-sahabat gue, ke-empat keluarga gue, baru diri gue sendiri.
I met an old friend earlier this week, terus kami catching up, gue nawarin dia jadi partner gue, yang bikin gue terkejut, kehadiran kembali gue jadi berkat buat dia, dia lagi di masa berat, terus gue dianggap jawaban Tuhan.
Padahal dia jawaban Tuhan buat gue juga. 
Hari ini gue nerima email update dari salah satu posisi yang gue lamar, its a no, tapi gue juga ga sedih, atau mungkin gue sudah menduga, karena gue juga ga niatin. 
Hari ini juga gue bikin proposal buat temen gue, hari ini juga gue bantuin salah satu Direktur NGO yang welcoming gue untuk next team, di tahun 2023 tapi hehehhe. 
Gue ga muluk-muluk sekarang, gue idup untuk hari ini, sungguh pandangan aneh untuk orang yang jualan proteksi masa depan a.k.a asuransi. 
Gue ga bisa ngubah kemarin, ga punya kontrol untuk besok, ya udah hari ini aja. 
Tahun lalu gue random belajar banyak hal,  yang gue pikir bisa jadi bekal gue tahun ini, tapi ternyata tahun ini malah beda casenya.
But I don't mind. 
This minute I feel solemn. Gue bikin catatan banyak tentang berbagai insight yang gue terima di hari ini, tapi di kepala gue masih mikir, kok bisa orang se-bersemangat itu. 
But I keep forward, gue ga mau mundur, harus ada yang gue pelajari hari ini. 
I hope I would never stop or want to stop. 
At 45, punya 2 spa bisa yuk.
Punya paper asset. 
Bisa yuuuuk.

Wednesday, October 20, 2021

Reminder

Each time I went spiralling, this mf inside me insisted to fight back. Saying that a days is merely 24hrs and it keep ticking away.
Life is a measure of many variables, so maybe tommorow will be a different script for me. Hang on there, woman.

Tahun ini:

1. Sertifikasi HR (ke-2)!
2. Bikin kamar mandi untuk mama
3. Help kitty birthing
4. Numbuhin kacang ijo
5. Ke psikolog dan nemenin kakak gue ke psikolog
6. Bayarin les keponakan and they're grateful for it
7. Lolos dari covid, termasuk semua anggot keluarga dekat (mama ces, 3 besties and fams , kakak, mama, abang, keponakan2, tmn2 kantor)
8. Learning to master my fear, nyetir mobil lagi.
9. Nemenin ces beli mobil pertama! Yay.
10. Gue dan ces 9th barengan.
11. Dealing with the past. 
12. Most of the time feeling contents
13. Nerima kabar terminasi dgn baik
14. Fighting for TBF interest for staff (good job)


Tuesday, May 25, 2021

-2014

Gue banyak melakukan kesalahan di hidup gue. Dari yang dampaknya ringan ataupun sampai fatal buat gue ataupun buat orang lain. 
7 -9 tahun yang lalu adalah masa kekelaman gue. banyak kesalahan-kesalahan yang merusak yang gue lakuin.
Salah satu hal yang paling menghantui adalah urusan perasaan.

I was so stupid and naive and manipulative and not using my head. Mungkin otak gue juga ga ada waktu itu. 
Self centred banget. 
Gue menjalin hubungan dengan 2 orang sekaligus dan get tangled on it. 
Dan udah gitu, gue masih ngerasa gue yang menjadi korban, karena berlindung di kondisi mental gue. 
Gue menuntut orang-orang ini untuk ngertiin gue. Gue ngerasa berhak mau ngapain aja. 
Gue ga sadar dan melupakan bahwa orang juga punya perasaan, punya ingatan, punya keinginan untuk dihargai. 

So, there was this girl, she's 19th, and I was 31. I was kind of using her to be my comfort zone to deal with all the shittines  on my life.  
I treated her poorly. I was high with her attention. I was craving for the feeling to be wanted. To be needed. 
I said 3 words, I thought I was in love.  
But there is another girl, my current girlfriend. And I am in love  too. 
I got confused  about everything.  I said mean words. I cheat, I lied, I am twisting some facts for my own benefits.
Everyone became my victims. 

Pada 2014/2015, I decided to try to make it work with my girlfriend, setelah berapa lama kusut banget hubungannya.  
Gue harshly cutting contact with the 19th yrs old girl. Gue ninggalin luka tanpa peduli untuk membantu. Terus terang gue ga sanggup juga sih kalau berlama-lama juga.  For years, gue ngebawa rasa malu, rasa bersalah, rasa takut sama konsekuensi, ego gue kegores karena gue bisa melakukan hal-hal di luar moral gue, rasa trauma sama kejadian-kejadian emosional. Paling besar sih rasa takut menghadapi diri sendiri dan perasaan orang lain. 

Gue memutus hubungan dan akses komunikasi secara total, dengan harapan sama-sama fokus pada masa depan masing-masing. 
Gue selama ini mikir kalau dia baik-baik aja, tetapi melalui salah satu teman, gue tau ternyata kondisi mental S  belakangan sedang ga baik dan ada kemungkinan salahsatunya disebabkan toxicnya hubungan kami saat itu. 

Beberapa waktu lalu kami akhirnya berkomunikasi, dengan perantara teman (baca: mantan gue), gue diberi kesempatan untuk minta maaf, gue agak lega, tapi sayangnya endingnya ga terlalu baik. Kayanya malah sama-sama trauma lagi. Gue harap permintaan maaf gue diterima. And I wish them well.  

Gue ngerasa sangat bersalah. Gue mengakui, I am the asshole. Ga seharusnya orang dewasa berumur 30an menggunakan kemampuan dan kondisi mentalnya untuk memanipulasi anak berumur 19th. Secara pengalaman dan kemampuan berfikir gue harusnya bisa lebih baik dan proper, terlepas dari kondisi mental gue.

Gue terus terang  masih bingung dan masih takut untuk approach hal ini. Di satu sisi, gue masih nyimpen takut dan mempercayai bahwa kami tidak perlu berhubungan adalah kondisi yang terbaik. Di sisi lain, gue punya keinginan untuk bisa membantu kalau ada yang bisa gue lakuin untuk rekonsiliasi agar kesehatan mental-nya S membaik dan bisa move on dengan dirinya.
In a away I  also hope,  gue juga bisa protect kesehatan mental gue dan partner gue.