Wednesday, November 25, 2015
Hoarding - hoarder
Monday, October 19, 2015
RINDU IHAAA CTAAAR CTAAAAR
Tuesday, October 13, 2015
sakti
Tuesday, September 8, 2015
Monday, August 24, 2015
Cita-cita: Meal Prep
Gue lagi usaha makan lebih bersih sekarang, dalam arti kurangin minyak, kurangin gula, ga pake MSG dan masak sendiri (atau dimasakin pacar hehe)
Bukan demi kurus atau apa sih, nurunin berat badan sih bonus, yang seperti kita tau, bonus itu ga tau bakalan dapat atau engga, makan lebih bersih ini demi kesehatan. halaaah. Dan ngirit. Ini yang utama. Gue ga bisa terima beli bubur ayam pinggir jalan sekarang 12rb. Hahaha. Aku koret emang. Udah dibegoin disuapin micin, suruh bayar lagi, itu kan bego dua kali. Hehe. Makanya gue niatnya masak sendiri aja.
Emang sih pertama kali belanja, buat ngumpulin bumbu-bumbu itu agak lumejen ya biayanya. Karena tag linenya sehat, gue terpaksa ganti minyak pake olive oil, beli bumbu-bumbu kering, rhizoma-rhizomaan (baca: lengkuas, jahe, dll), peler-peleran (baca: biji-bijian seperti ketumbar, lada, dll), stok bawang bombai, bawang merah, bawang putih dan ibu tiri. Jayus.
Tadinya sih mau gegayaan mau ikutan trend Meal-Prep, itu lho yang masak sekali buat seminggu. Semacam ini atau itu. Tapi di tengah jalan bosen sendiri makan yang itu-itu aja seminggu. Hihi. Akhirnya masak spontan, ngeliat stok tinggal apa, ya udah itu aja dimasak. Ini juga permasalahan di kepribadian sih, aku anaknya impulsif kan, kalo diatur-atur suka ga mood. Diatur diri sendiri aja kesel, coba bayangkan.
Moga-moga niat makan lebih bersih gue panjang umurnya, ga sekedar warm-warm-chicken-shit. Sekarang aja gue masih ngiler-ngiler riwil pengen jajan.Gue pengennya juga punya niat lebih buat numbuhin makanan gue sendiri, itu biji bayem, selada merah belum gue tanam juga karena masih deg-degan nungguin cabe, tomat dan mint. Baru dua bulan sih, semoga mereka juga panjang umur.
Yang paling bikin seneng dari "impulsi" terkini gue ini, dukungan dari Cesca. Dari nemenin belanja, ngebelanjain, sampai masakin!. Enaknyoo.
Salah satu cita-cita untuk masak ini semua:
Wednesday, August 12, 2015
I used to cry on this song - not in any particular reasons
It's empty and cold without you here, too many people to Ache over
I see my vision burn, I feel my memories fade with time
But I'm too young to worry
These streets we travelled on will undergo our same lost past
I found you here, now please just stay for a while
I can move on with you around
I hand you my mortal life, but will it be forever?
I'd do anything for a smile, holding you 'til our time is done
We both know the day will come, but I don't want to leave you
I see my vision burn, I feel my memories fade with time
But I'm too young to worry (a melody, a memory, or just one Picture)
Seize the day, or die regretting the time you lost
It's empty and cold without you here, too many people to Ache over
Newborn life replacing all of us, changing this fable we live In
No longer needed here so where do we go?
Will you take a journey tonight, follow me past the walls of Death?
But girl, what if there is no eternal life?
I see my vision burn, I feel my memories fade with time
But I'm too young to worry (a melody, a memory, or just one Picture)
Seize the day, or die regretting the time you lost
It's empty, and cold without you here, too many people to Ache over
Trials in life, questions of us existing here, don't wanna Die alone without you here,
Please tell me what we have is real
So, what if I never hold you, yeah, or kiss your lips again?
Whoah, so I never want to leave you, and the memories of Us to see
I beg don't leave me
Seize the day, or die regretting the time you lost
It's empty, and cold without you here, too many people to Ache over
Trials in life, questions of us existing here, don't wanna die alone without you here
Please tell me what we have is real
Silence you lost me, no chance for one more day [x2 then Continues in the background]
I'm stuck here alone
Falling away from me, no chance to get back home [x2]
senja ini
ini waktu aku bercerita, sayang, kamu sedang terlelap.
kita ada di bus mau pulang ke Jakarta dari Bandung, kita lagi silent war ga silent-silent banget juga, karena masih ngobrol kalau perlu, seperti waktu tadi kita lagi mencari jadwal travel.
Kita kan ga bisa telepati, jadi kita musti ngomong kan, sayang?
Kamu lagi tidur sekarang, menyender di kaca jendela, menunggu keberangkatan, yang seharusnya sudah dari 15 menit yang lalu, yang membuat kita terburu-buru menyusur jalan Cihampelas sambil diam-diaman, tapi sesungguhnya ga diam-diam juga, sesekali saling memastikan kita masih sejalan dan saling mengkhawatirkan. Tokh kita hanya diam-diaman dan masih pacaran
Tuesday, July 28, 2015
Georgia
Sans Serif
helvetica
Wednesday, June 10, 2015
to hormones:
Friday, May 22, 2015
stereotype
Tuesday, May 12, 2015
I just need to let it out, before my head explodes
Wednesday, April 29, 2015
Sore-sore cerita
Dulu banget, waktu gue lagi disidang karena dicurigai gay oleh kakak gue, dia bilang kalau "kaum gay" itu mengerikan, bisa menular, kalau udah jealous, bisa kalap, mukul bahkan ngebunuh. Terus suka ga sopan. Kakak gue cerita dia pernah dideketin butchy temen sekelasnya waktu SMU, terus digrepe. Gue yang tadinya muka takut/panik/khawatir, mulai nyengir pas bagian statement "gay itu mengerikan" terus nyaris ngakak pas bagian digrepe butchy.
Bukan, bukannya gue menyetujui tindakan pelecehan, tapi lucu ngebayangin nasib si butchy sesudahnya. She's dealing with a dangerous woman, my sister. Dan bener, di akhir cerita si butchy ditampar sama kakak gue sambil dimaki-maki. Terus lebih lanjut, kakak gue nyeritain kalau beberapa tahun kemudian, si butchy datang ke rumah sama pacarnya yang tentu saja perempuan, bilang kalau mereka mau kawin lari. Kakak gue bengong terus nyaranin kalau mendingan coming out bareng ke keluarga mereka, kalau ga diterima, ya udah kabur aja. Habis itu ga tau lagi. Kemudian gue dilanjutin di sidangnya, yang akhir ceritanya sampai sekarang gue tetap queer dalam lemari. Hehe.
Di kepala "straight" kakak gue, gay itu labelnya negatif. Karena dia punya contohnya yang negatif-negatif. Gay itu perilaku menular yang bisa memicu pembunuhan gara-gara cemburu, pedofil (padahal pedofil mah pedofil aja), free sex, kekerasan, bla bla. Dan cara dia ngasih info soal keburukan gay itu ga ngebantu "nyembuhin" gue sama sekali. Dia lupa gue keras kepala, gue akan mencari counter atas semua statement dia. Kriminalitas oleh gay? Ya memang ada, tapi berapa persentasenya dibanding pelaku kriminal straight? Dan itu juga mungkin dikarenakan , dulu (sampai sekarang) gue sendiri sebagai queer susah nemu, queer (lokal ataupun internasional) yang coming out, berprestasi dan berperilaku santun – positif – bisa digugu dan ditiru. Yang mudah ditengarai cuma para desainer. Bukannya ngecilin ya, sebagai manusia kurang peka fashion, gue kurang menangkap esensi dari ragam-ragam baju untuk kelangsungan hidup manusia.
Di sisi lain, gue bisa ngerti kenapa kita kalo gue bisa mengikutsertakan diri gue sendiri, ga bisa out, loud and proud. Di negara bagian barat yang udah se-ga-peduli- tetek di umbar-umbar ga pake diancem kepala dipancung dan dirajam aja, masih banyak yang homophobic. Apalagi di negara macam kita ini, yang semuanya diurusin secara masal, kalau bisa semua seragam, disepakati. Nyeleneh dicap celaka.
Jadi dilematis, pengen coming out dan nunjukin jadi queer itu biasa aja, ga nular, berbahaya dan senormal macetnya Jakarta tapi kalau nyawa jadi taruhannya, queer sebagai manusia biasa pada umumnya ya pasti takut. (Keluh)
Sekarang jadi manusia super aja deh, super biasa selayaknya anggota masyarakat pada umumnya dan super jago ngelabuin masyarakat atas preferensi seksual kita. (hehe)
Semoga nanti pada akhirnya orang-orang berprestasi dan yang kebetulan queer berani bilang siapa mereka. Dan semoga waktu kita akan tiba, bisa ngegandeng pacar kemana-mana, manggil sayang ga perlu bisik-bisik, nyium kening ga pake nutup pintu. Eh, ga usah ngimpi mau nikah dulu di Indonesia. Itu aja dulu. Ga dicap jadi pembawa virus homo.
ASU*****
Tuesday, April 7, 2015
No. no. no. There is no place i'd rather be
Tuesday, March 31, 2015
A-Mok
Monday, March 30, 2015
An album to describe me - back in the day.
Monday, February 23, 2015
Thursday, February 5, 2015
THE COURTESY RULES OF BLINDNESS
When you meet me don't be ill at ease. It will help both of us if you remember these simple points of courtesy:
- I'm an ordinary person, just blind. You don't need to raise your voice or address me as if I were a child. Don't ask my spouse what I want'"Cream in the coffee?"'ask me.
- I may use a long white cane or a guide dog to walk independently; or I may ask to take your arm. Let me decide, and please don't grab my arm; let me take yours. I'll keep a half-step behind to anticipate curbs and steps.
- I want to know who's in the room with me. Speak when you enter. Introduce me to the others. Include children, and tell me if there's a cat or dog.
- The door to a room or cabinet or to a car left partially open is a hazard to me.
- At dinner I will not have trouble with ordinary table skills.
- Don't avoid words like "see." I use them, too. I'm always glad to see you.
- I don't want pity. But don't talk about the "wonderful compensations" of blindness. My sense of smell, touch, or hearing did not improve when I became blind. I rely on them more and, therefore, may get more information through those senses than you do'that's all.
- If I'm your houseguest, show me the bathroom, closet, dresser, window'the light switch, too. I like to know whether the lights are on.
- I'll discuss blindness with you if you're curious, but it's an old story to me. I have as many other interests as you do.
- Don't think of me as just a blind person. I'm just a person who happens to be blind.