Dulu banget, waktu gue lagi disidang karena dicurigai gay oleh kakak gue, dia bilang kalau "kaum gay" itu mengerikan, bisa menular, kalau udah jealous, bisa kalap, mukul bahkan ngebunuh. Terus suka ga sopan. Kakak gue cerita dia pernah dideketin butchy temen sekelasnya waktu SMU, terus digrepe. Gue yang tadinya muka takut/panik/khawatir, mulai nyengir pas bagian statement "gay itu mengerikan" terus nyaris ngakak pas bagian digrepe butchy.
Bukan, bukannya gue menyetujui tindakan pelecehan, tapi lucu ngebayangin nasib si butchy sesudahnya. She's dealing with a dangerous woman, my sister. Dan bener, di akhir cerita si butchy ditampar sama kakak gue sambil dimaki-maki. Terus lebih lanjut, kakak gue nyeritain kalau beberapa tahun kemudian, si butchy datang ke rumah sama pacarnya yang tentu saja perempuan, bilang kalau mereka mau kawin lari. Kakak gue bengong terus nyaranin kalau mendingan coming out bareng ke keluarga mereka, kalau ga diterima, ya udah kabur aja. Habis itu ga tau lagi. Kemudian gue dilanjutin di sidangnya, yang akhir ceritanya sampai sekarang gue tetap queer dalam lemari. Hehe.
Di kepala "straight" kakak gue, gay itu labelnya negatif. Karena dia punya contohnya yang negatif-negatif. Gay itu perilaku menular yang bisa memicu pembunuhan gara-gara cemburu, pedofil (padahal pedofil mah pedofil aja), free sex, kekerasan, bla bla. Dan cara dia ngasih info soal keburukan gay itu ga ngebantu "nyembuhin" gue sama sekali. Dia lupa gue keras kepala, gue akan mencari counter atas semua statement dia. Kriminalitas oleh gay? Ya memang ada, tapi berapa persentasenya dibanding pelaku kriminal straight? Dan itu juga mungkin dikarenakan , dulu (sampai sekarang) gue sendiri sebagai queer susah nemu, queer (lokal ataupun internasional) yang coming out, berprestasi dan berperilaku santun – positif – bisa digugu dan ditiru. Yang mudah ditengarai cuma para desainer. Bukannya ngecilin ya, sebagai manusia kurang peka fashion, gue kurang menangkap esensi dari ragam-ragam baju untuk kelangsungan hidup manusia.
Di sisi lain, gue bisa ngerti kenapa kita kalo gue bisa mengikutsertakan diri gue sendiri, ga bisa out, loud and proud. Di negara bagian barat yang udah se-ga-peduli- tetek di umbar-umbar ga pake diancem kepala dipancung dan dirajam aja, masih banyak yang homophobic. Apalagi di negara macam kita ini, yang semuanya diurusin secara masal, kalau bisa semua seragam, disepakati. Nyeleneh dicap celaka.
Jadi dilematis, pengen coming out dan nunjukin jadi queer itu biasa aja, ga nular, berbahaya dan senormal macetnya Jakarta tapi kalau nyawa jadi taruhannya, queer sebagai manusia biasa pada umumnya ya pasti takut. (Keluh)
Sekarang jadi manusia super aja deh, super biasa selayaknya anggota masyarakat pada umumnya dan super jago ngelabuin masyarakat atas preferensi seksual kita. (hehe)
Semoga nanti pada akhirnya orang-orang berprestasi dan yang kebetulan queer berani bilang siapa mereka. Dan semoga waktu kita akan tiba, bisa ngegandeng pacar kemana-mana, manggil sayang ga perlu bisik-bisik, nyium kening ga pake nutup pintu. Eh, ga usah ngimpi mau nikah dulu di Indonesia. Itu aja dulu. Ga dicap jadi pembawa virus homo.
No comments:
Post a Comment